Print Friendly and PDF

Vietnam Kompetitif Untuk Harga Alas Kaki Kulit

  March 06, 2012. Category: exporter

Saat ini biaya produksi alas kaki kulit di China mencapai tiga kali lipat dari hasil produksi Viet Nam.  Hal ini dinyatakan oleh Asosiasi Industri Kulit China/The China Leather Industry Association (CLIA) dan dilansir Footwearbiz pada 1 Maret 2012. Pernyataan tersebut menyusul berkurangnya produksi dari pabrik-pabrik yang telah ada, salah satu kasusnya seperti yang terjadi di Provinsi Guangdong.  Salah satu sumber peningkatan biaya tersebut adalah peningkatan salah satu komponen biaya produksi yang paling penting, yaitu biaya tenaga kerja.  Hasilnya, pembeli luar negeri mulai lebih banyak melirik Viet Nam dan negara Asia Tenggara lainnya. 

 

Salah satu negara konsumen sepatu terbesar di dunia, Amerika Serikat, melalui FDRA (The Footwear Distributors and Retailers of America) menekankan pentingnya negosiasi bidang alas kaki dengan TPP (Trans-Pacific Partnership).  Lima negara telah menandatangani TPP multilateral free trade agreement di tahun 2005 yaitu Brunei, Chile, Selandia Baru dan Singapura. Enam negara lainnya : Australia, Malaysia, Peru, Jepang, Amerika Serikat, and Viet Nam sedang dalam tahap negosiasi untuk bergabung. Tujuannya adalah liberalisasi ekonomi di kawasan Asia Pasifik.  TPP efektif akan menguntungkan konsumen dalam hal menghapus bea dan menjaga harga alas kaki, terutama di Amerika Serikat, dimana 99% dari alas kaki yang dijual di pasarannya dibuat di luar negara tersebut.

 

Sementara Indonesia, diwakili Aprisindo pada akhir tahun 2011 telah menandatangani MoU dengan FDRA.  Intinya adalah kerjasama teknis, dan mengeratkan kerjasama yang telah terjalin selama ini guna memenuhi permintaan akan produk alas kaki high-end.  Setelah masa penurunan di bidang produksi dan ekspor alas kaki, saat ini adalah momentum yang tepat untuk mengembalikan kejayaan industri alas kaki kita seperti sebelumnya, tidak kalah saing dengan negara lainnya (sf).



Sumber : Footwearbiz (2012)