Promosi Dagang Diintensifkan
January 27, 2012. Category: exporter
JAKARTA – Pemerintah memandang perlu mengintensifkan promosi
dagang ke Afrika dan Amerika Latin. Ini dilakukan untuk mengantisipasi
penurunan nilai ekspor setelah Amerika Serikat (AS) dan Eropa terkena krisis.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi menegaskan, tantangan
ekonomi Indonesia sepanjang 2012 akan lebih berat jika dibandingkan dengan
2011. Untuk memperkuat dan memastikan bahwa kinerja ekonomi di 2012 tidak turun
dibanding 2011 yang sudah sangat baik, pemerintah perlu menggenjot promosi
dagang ke negara-negara dengan peluang pasar baru.
”Menteri Perdagangan dalam waktu dekat akan ke Afrika lagi, setelah Desember
lalu beliau ke sana,” kata Bayu di Jakarta kemarin. Menurut Bayu,Kementerian Perdagangan
(Kemendag) akan mengintensifkan komunikasi dan hubungan dengan negara-negara
seperti Afrika Selatan,Amerika Latin,Pakistan, Eropa Timur dan Asia Tengah.
Pasar di negara-negara tersebut, jelas dia, masih sangat potensial untuk produk-produk
Indonesia.
”Target kita sudah ada, sekarang waktunya untuk just do it,” tegasnya.
Pemerintah memperkirakan, volume perdagangan barang dan jasa dunia pada 2012 hanya
akan mencapai 5,8%.Jauh lebih rendahdibandingkanvolume perdagangan barang dan
jasa sepanjang 2011yang berada dikisaran7,5%.Pada2012impor negara-negara maju
diperkirakan hanya akan tumbuh 4% dan ekspornya tumbuh 5,2%.
Menurut mantan Wakil Menteri Pertanian tersebut, produk Indonesia yang bisa
dipromosikan ke negara-negara yang dianggap sebagai pasar baru dan potensial
itu juga sangat banyak. Dia mencontohkan, produk makanan, makanan olahan, garmen,
alas kaki, furnitur, kosmetik, elektronik, hingga automotif. ”Itu beberapa yang
sangat potensial untuk masa depan. Jadi, banyak produk bisa kita kirim,” tuturnya.
Dengan mengintensifkan promosi, lanjut dia, target pemerintah secara
keseluruhan atau secara nasional adalah bisa menggenjot ekspor. Jika pada 2011 nilai ekspor bisa mencapai
USD211 miliar, maka sepanjang 2012 ekspor diharapkan bisa menembus angka USD230 miliar. Sebelumnya
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa hubungan dagang Indonesia
dengan pasar-pasar baru tersebut selama ini cenderung kecil.
Dengan alasan itu pula, pemerintah memutuskan untuk memilih kawasan tersebut.
Dalam penilaian pemerintah, jelas dia,perekonomian di kawasan Afrika dan
Amerika Latin tersebut cukup kuat. Dengan kondisi itu,pemerintah optimistis
potensi peningkatan ekspor dari pasar-pasar baru ini masih cukup besar.
Terlepas dari itu, Mendag memastikan bahwa langkah pemerintah itu tidak lantas
membuat Indonesia melupakan pasar lama yang sudah dimasuki produk- produk dari
dalam negeri.
Pemerintah berjanji akan menggali lebih dalam potensi pasar lama. ”Kami juga
akan melakukan pendalaman terhadap pasar-pasar tradisional yang kemungkinan
tidak akan terpengaruhi secara langsung oleh keadaan Eropa maupun
Amerika,”tegasnya. Terlepas dari langkah-langkah yang telah disiapkan
pemerintah, pelaku usaha tak yakin ekspor dapat digenjot, khususnya ekspor
industri pengolahan nonmigas.
Bahkan, pengusaha memperkirakan ekspor industri pengolahan nonmigas tahun ini
bisa turun 5–10%, jauh dibanding
perkiraan pemerintah yang hanya turun 0,8%. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, penyebab penurunan itu adalah
karena produk industri nasional harus bersaing harga dengan produsen dari
negaranegara lain yang juga mencari pasar.
”Kalau volume mungkin bisa dipertahankan, tapi harganya pasti harus turun
karena bersaing dengan produsen dari negara-negara lain yang juga mencari
pasar,”jelas Sofjan beberapa waktu lalu.
Sumber : Seputarindonesia.com diakses pada tanggal 27 Januari 2012