Print Friendly and PDF

Furnitur Ramah Lingkungan, Kunci Tembus Pasar Amerika Serikat

  August 07, 2014. Category: exporter

Dalam upaya untuk terus menggenjot pertumbuhan ekspor nasional, Kementerian Perdagangan memfasilitasi kegiatan misi pembelian antara perusahaan Teak Me Home asal San Francisco, Amerika Serikat (AS) dengan beberapa perusahaan furnitur di daerah Yogyakarta, Solo, dan Jepara pada 22-27 Juli 2014 lalu.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak mengatakan bahwa kegiatan misi pembelian di Jawa Tengah ini merupakan salah satu upaya dalam pengembangan ekspor yang dilakukan oleh Kemendag. Kegiatan ini dapat mendukung tercapainya target ekspor ke AS pada tahun 2014-2015 sebagai salah satu pasar utama yang ditargetkan tumbuh sebesar 4.5%-5.5 % atau sekitar USD 15,76-15,91 miliar pada 2014, dengan target pertumbuhan ekspor produk hasil hutan ke AS pada tahun 2014 senilai USD 1,07 miliar, jelasnya.

Pada misi pembelian ini pihak Teak Me Home diwakili oleh pendirinya, Alexander Elsinga. “Kami (Teak Me Home) ingin melakukan pemantapan desain produk yang akan dipesan dari PT. Segoro Mas Solo, sebelum melakukan penandatanganan kontrak yang mencapai transaksi senilai USD 200.000 selama setahun. Produk-produk yang dipesan antara lain kredensa, 6 doors dresser, dan 10 doors dresser,” ungkap Alexander.

Dalam memilih pemasok, perhitungan harga bagi Teak Me Home bukanlah yang utama. “Selain produk yang tidak merusak hutan tropis, faktor lainnya (dalam memilih pemasok) yaitu bagaimana produsen memperlakukan pegawai mereka dengan baik dan adil juga menjadi faktor utama pertimbangan kami,” lanjutnya. Perusahaannya bahkan mendonasikan 3% dari seluruh keuntungan untuk lembaga konservasi internasional yang bergerak di bidang kelestarian lingkungan hidup.

Isu sustainability dan traceability telah menjadi tren global, banyak importir dari kawasan Amerika dan Eropa yang mengutamakan hal tersebut, tidak terkecuali bagi Teak Me Home. Untuk itu, lanjut Alexander, kepemilikan sertifikasi kayu legal seperti Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) menjadi hal yang teramat penting. “Kami telah mempelajari profil PT. Segoro Mas Solo. Mereka (PT. Segoro Mas Solo) termasuk perusahaan yang peduli lingkungan dengan menggunakan reclaimed wood sebagai bahan baku produknya. Mereka juga menunjukan kepedulian kepada lingkungan dengan menanam 100 pohon setiap pengiriman 1 kontainer produknya,” kata pemilik perusahaan yang berdiri sejak 2011 tersebut.

Selain bertemu dengan PT. Segoro Mas Solo, importir ini juga mencari pemasok furnitur lainnya untuk mendukung bisnisnya yang tengah berkembang di Amerika Serikat. Ciri khas produk yang dicari oleh importir ini adalah furnitur berbahan baku reclaimed teak wood atau furnitur dari kayu bekas karena lebih ramah lingkungan dan kayu tersebut memiliki kondisi kelembaban yang lebih stabil. Dalam upaya penjajakan dengan eksportir-eksportir Indonesia, pada 22 Juli 2014 lalu, Teak Me Home juga mengunjungi  PT. Lawas Antique di Jogjakarta, PT. Surya Abadi Furniture di Sukoharjo, PT. Teak 123 dan PT. Top Mebel di Jepara.

Perusahaan-perusahaan tersebut menyatakan dukungannya kepada program misi pembelian yang diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan. “Kegiatan ini memudahkan kami untuk dapat meyakinkan buyer secara langsung melalui kunjungan langsung ke perusahaan, sehingga  potensi terjadinya transaksi dengan mereka menjadi lebih besar. Program ini juga sangat efisien karena tanpa melakukan perjalanan antarbenua, kami bisa meraih customer baru, tutur pemilik PT Surya Abadi Furniture, Hary.

Terakhir, Dirjen Nus berharap melalui program ini buyer dapat langsung mendapat rekomendasi perusahaan yang tepat sebagai tambahan referensi bagi mereka sehingga akan lebih banyak lagi eksportir yang terbantu melalui program ini.

Sekilas Mengenai Kinerja Ekspor Produk Mebel dan Kerajinan Indonesia

Pada tahun 2013, total ekspor produk furnitur Indonesia mencapai nilai USD 1,7 miliar,  menempatkan Indonesia sebagai eksportir produk furnitur ke-18 dunia dengan pangsa pasar 1,12%. Prestasi ini masih dibawah kemampuan ekspor mebel Vietnam yang mampu mencapai nilai sekitar USD 5,4 miliar dan menduduki peringkat eksportir ke-7 terbesar dunia. Selama periode 2009-2013 ekspor produk mebel Indonesia mengalami tren positif 0,38%. Untuk periode Januari-April 2014 nilai ekspor produk mebel mencapai USD 626,5 juta, atau mengalami peningkatan 1,24% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pemerintah menargetkan ekspor produk hasil hutan Indonesia, termasuk furnitur pada tahun 2014-2015 tumbuh sebesar 5,5%-6,5% dengan target nilai ekspor sebesar USD 9,4-9,5 miliar. Sementara khusus ke pasar Amerika Serikat, ditargetkan nilai ekspor produk hasil hutan pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 10.10%  atau senilai USD 1,07 miliar.

Sumber : Dit. P2C DJPEN