Print Friendly and PDF

Kemendag Siapkan Empat Strategi Untuk Kejar Target Ekspor 11%

  February 13, 2018. Category: exporter

Kementerian Perdagangan menyiapkan empat startegi untuk mendorong target pertumbuhan ekspor tahun ini yang dipatok sebesar 11%. Target tersebut diutarakan sekaligus menjawab teguran Presiden Joko Widodo (Jokowi)  kepada Kemendag terhadap kinerja Ekspor Indonesia yang monoton. Atas teguran itu, Kemendag juga menaikan target ekspor menjadi 11% dari sebelumnya 7%.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan strategi pertama yang akan dilakukan guna menggenjot ekspor adalah lewat upaya menyelesaikan perjanjian dagang. Hingga saat ini, mendag mencatat terdapat sekitar 17 perundingan perjanjian perdagangan Internasional yang akan diselesaikan, seperti Australia, European Free Trade Association (EFTA), Iran, Uni Eropa, dan Regional Comprehensive Economics Partnership (RCEP).

Sementara, perjanjian dagang yang diusulkan untuk difinalisasi antara lain adalah dengan Turki, Peru, Nigeria, Mozambique, Kenya, Maroko, Afrika Selatan, Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan, dan Eurasia.

 “Beberapa akan diselesaikan tahun ini tetapi mungkin dampaknya baru bisa dirasakan pada tahun depan,” kata Enggar kepada wartawan di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (7/2).

Perjanjian dagang dinilai sebagai bentuk kesiapan persaingan dengan negara lain. Selain itu, perjanjian dagang juga akan membebaskan bea masuk komoditas andalan Indonesia.

Strategi kedua, menurut Enggar adalah melalui misi perdagangan. “Pengusaha punya kemampuan sehingga tidak akan membebani APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara),” ungkapnya.

Ia pun menjelaskan, keterlibatan pengusaha dalam misi dagang bisa menjadi salah satu cara meningkatkan ekspor karena proses bisnis bakal mempercepat perdagangan internasional. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dalam negeri juga bakal terpicu dengan meningkatnya produksi dalam negeri.

Strategi misi perdagangan juga perlu dibarengi dengan inovasi dalam perdagangan. “Misalnya dengan upaya barter atau counter-trade,” tuturnya.

Barter yang bisa dilakukan antara lain untuk produk komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) bakal ditukar dengan komoditas yang Indonesia butuhkan. Dengan begitu, menurut Enggar, pasar non tradisional yang mengalami kesulitan devisa bisa melakukan perdagangan meski mengalami kesulitan pembayaran. "Sehingga kedua pihak bakal mendapatkan devisa," ujar dia.

Selain itu, pemanfaatan Indonesia Trade Promotion Center dan Atase Dagang Indonesia bisa menjadi strategi terakhir Kemendag. Sebab, atase perdagangan bukan saja agen pemerintah, tetapi juga bisa bertindak sebagai agen bisnis dan ahli pemasaran.

Dengan begitu, pengusaha bisa bekerja sama dengan agen bisnis untuk mencari tahu proses penjualan yang tepat. disamping melakukan kunjungan ke perusahaan internasional di luar negeri dan berhubungan dengan pembeli potensial.

Sebelumnya Kemendag berencana merelokasi 2 titik Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) karena dinilai tidak efektif. ITPC di Lyon, Prancis bakal dipindah ke Istanbul, Turki dan ITPC Copenhagen, Denmark dialihkan ke Hanoi, Vietnam .

Enggar menyayangkan banyaknya ITPC yang tidak menghasilkan perdagangan, seperti di Eropa kendati negaranya berdekatan. “Sekarang, pasar mana yang kita lebih butuhkan itu yang akan kita dorong,” pungkas Enggar.

Sumber : https://katadata.co.id/berita/2018/02/07/strategi-mendag-untuk-kejar-target-ekspor-11