Print Friendly and PDF

Ekspor Kopi, Korea Selatan Pasar Potensial

  June 13, 2016. Category: exporter

Negara Korea Selatan dinilai menjadi pasar yang potensial untuk digarap oleh para eksportir kopi dari Indonesia, mengingat  pertumbuhan pasar kopi di negara tersebut.

Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan Aksamil Khair mengatakan jumlah importasi kopi Korea yang dipasok Indonesia baru berkisar 10%.

“Setiap tahun Korea itu mengimpor US$550 juta kopi dari seluruh dunia, yang terbesar itu dari Kolumbia, Vietnam, dan Brasil. Sementara kita relatif baru sekitar US$12 jutaan,” katanya. 

Aksamil mengatakan karakteristik pasar konsumen peminum kopi di Korea memang belum mengarah ke specialty. Itu sebabnya mereka belum terlalu mencari kopi-kopi special origin dari Indonesia seperti kopi Kintamani dari Bali, Kopi Mandailing dari Sumatera Utara, Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan ataupun Kopi Gayo dari Aceh.

Dari sisi harga, kopi asal Indonesia juga kurang kompetitif bila dibandingkan dengan kopi robusta yang dipasok Vietnam maupun Kolombia. Perbandingannya, kata Aksamil, harga kopi dari Indonesia di atas US$5 sedangkan kopi dari negara lain sebesar US$2,5 per kilogram.

Walhasil, kopi dari Indonesia biasanya digunakan untuk mengoplos biji kopi dari negara lain yang lebih murah dan kualitasnya lebih rendah. “Jadi selain harganya tidak kompetitif, di sisi lain belum banyak orang mengenal kopi specialty kita. Mereka hanya tahu kopi saja, kecuali kalangan tertentu yang memang pecinta kopi dan tahu rasa kopi yang bagus,” jelasnya.

Menurut Aksamil, perlu upaya lebih lanjut bila pelaku usaha kopi Indonesia ingin menggempur pasar Korea. Pertama, meningkatkan promosi sekaligus mengedukasi pasar untuk mulai meminum kopi yang berkualitas. 

Kedua, meningkatkan standarisasi produk, terutama untuk produk khusus seperti kopi luwak yang punya peluang besar untuk diekspor ke Korea.

“Selain mahal, tidak ada garansinya apakah itu kopi luwak asli atau tidak. Biasanya kalau yang membeli kopi luwak itu pasti harus datang ke pusat produksinya karena kalau kita promosikan begitu saja,  tentunya akan tidak mudah karena tidak adanya garansi,” kata dia.

Sebelumnya Wakil Duta Besar Korea Selatan sekaligus Sekjen Asean – Korea Centre, lembaga yang mempromosikan kerjasama ekonomi dan sosial budaya antara anggota Asean dengan Korea, Kim Young-Sun mengatakan pasar kopi di Korsel saat ini masih bertumbuh pesat.

Kim Young-Sun berujar kebiasaan menikmati kopi kini menjadi tren gaya hidup, khususnya di perkotaan seperti di Seoul. Hampir di setiap gedung, kata dia, minimal ada satu kedai kopi.

“Para perempuan muda, khususnya, mereka membayar harga makanan yang lebih murah namun rela mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk membeli kopi. Itu sudah menjadi gaya hidup sekarang,” katanya.

Meskipun Vietnam adalah pengekspor dan negara pemasok kopi terbesar ke Korsel, Indonesia masih punya peluang menggarap pasar konsumen di Negeri K-Pop itu. “Saya dengar panen kopi di Vietnam tidak terlalu bagus tahun ini. Jadi ini adalah kesempatan yang bagus untuk Indonesia memperluas pasar ke Korea.”

Domestik Lebih Menarik

Ketua Kompartemen Industri dan Specialty Kopi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Sunaryo mengatakan pasar Korea sempat booming, tetapi kini sudah tidak terlalu menarik. 

“Sebenarnya pasar Korea masih punya potensi dan peluang, tetapi sejauh ini pasar dalam negeri masih lebih menjanjikan dan terus bertumbuh,” kata Pranoto, Senin (6/6/2016).
 
Dia menjelaskan konsumsi kopi per kapita dalam negeri tahun sekitar lima tahun lalu hanya berkisar  0,8 kg. Namun saat ini jumlahnya sudah mencapai 1,3 kg yang disebabkan kian menjamurnya kafe-kafe kecil.

Adapun, pasar Korea sempat besar pada sekitar 5-7 tahun lalu saat kedai kopi di negara tersebut tumbuh pesat meniru Jepang dan Amerika Serikat. Tren tersebut mengubah jalur importasi dari sebelumnya via Amerika, Eropa atau Jepang menjadi langsung dari Indonesia.

“Dulu mereka sempat impor langsung ke kita dalam jumlah banyak. Tapi kondisi itu sempat bertahan sekitar tiga tahun, setelah itu mulai turun dan sekarang sudah amblas. Mereka hanya ikut-ikutan Jepang, tetapi peminum kopinya tidak sebanyak di Jepang makanya banyak kedai kopi yang tutup,” tukasnya.

Di Jepang, konsumsi kopi per orang per tahun mencapai 3,9 kg. Ekspor Indonesia ke negara tersebut mencapai 41.234 ton pada 2014 dengan nilai US$101,3 juta. Jumlah ini ada di posisi kedua terbesar setelah ekspor ke Amerika Serikat sebesar 58.308 ton dengan nilai US$295,9 juta.

Sumber: http://industri.bisnis.com/read/20160606/99/555022/ekspor-kopi-korea-selatan-pasar-potensial