Print Friendly and PDF

Menggunakan Produk Sendiri

  February 10, 2012. Category: general

Ekspor berbagai komoditas Indonesia cenderung menurun, belakangan ini. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), kecenderungan penurunan hasil ekspor itu tercatat beberapa bulan sebelum berakhir tahun 2011.

Penurunan ekspor tersebut tentu berdampak pada kurangnya daya saing produsen komoditas itu, yang ujungnya berimbas pada persoalan tenaga kerja. Seperti diberitakan media massa, menurunnya pesanaan produk sepatu dari luar negeri mengakibatkan perusahaan sepatu di Jawa Timur terpaksa mengurangi jam kerja karyawan.

Berdasarkan data BPS, penurunan nilai ekspor terjadi sejak September 2011, dalam hal ini, menjadi 17,54 miliar dolar AS dari posisi Agustus sebesar 18,64 miliar dolar AS. Pada Oktober, menurun lagi menjadi 16,95 miliar dolar AS, tapi naik menjadi 17,23 miliar dolar pada November. Kemudian, turun lagi menjadi 17,19 pada Desember (Kompas, 2/2).

Tentu persoalan naik-turun ekspor ke sejumlah negara, terutama destinasi yang sudah menjadi langganan, adalah hal biasa. Seringkali kita membaca berita yang menyangkut penurunan nilai ekspor, baik jumlah maupun devisa atau nilai yang dihasilkan. Dalam dunia perdagangan internasional itu lumrah, mengingat banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan ekspor.

Jenis Komoditas

Selama ini, kita sudah mengekspor beranekaragam komoditas buatan dalam negeri, baik itu hasil olahan dari pertanian maupun industri. Kita mencatat jenis komoditas tersebut, antara lain, industri karet, barang dari karet, barang dari plastik, mesin dan perlengkapan, kayu dan barang dari kayu, furnitur dan pengolahan, serta kertas dan barang dari kertas. Tentu masih banyak lagi, termasuk komoditas pertanian.

Sebagian produk tersebut adalah mata daagangan daerah-daerah, semisal, kerajinan tangan dari Bali. Banyak komoditas ekspor yang dihasilkan oleh badan usaha yang padat karya. Itu berarti banyak orang yang menggantungkan mata pencahariannya pada usaha tersebut. Maka, kualitas mata pencaharian para tenaga kerja tersebut sangat bergantung pada hasil ekspor.

Kita pun beruntung, karena selama ini cukup banyak negara dengan suka hati menerima komoditas Indonesia. Pelaku industri dan perdagangan dengan berbagai cara berupaya meningkatkan nilai ekspor agar devisa yang masuk ke dalam negeri meningkat.

Tapi, banyak faktor yang mendukung keberhasilan ekspor tersebut, terutama terkait dengan kondisi pertumbuhan ekonomi di negara tujuan. Jika pertumbuhan dimaksud positif, tentu daya serap terhadap barang buatan negara lain tentu meningkat. Sebaliknya, jika krisis melanda negara tujuan ekspor, maka yang terjadi kemudian adalah imbasnya terhadap barang ekspor kita.

Agaknya, itu pula yang terjadi dengan penurunan nilai ekspor kita belakangan ini. Banyak negara, terutama di benua Eropa yang terkena krisis ekonomi dan keuangan, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor kita.

Dengan perkataan lain, daya tahan ekonomi negara tujuan ekspor itu akan memengaruhi penampilan ekspor kita, dan juga negara-negara lain. Dengan begitu, persoalan menurunnya ekspor tidak hanya mendera perekonomian kita, tapi juga negara-negara lain, apalagi yang mengandalkan ekspor sebagai “mesin penggerak ekonomi”

Menjaga Kualitas

Setiap negara akan berupaya meningkatkan ekspornya dengan berbagai cara, terutama menjaga kualitas, harga, kemasan, pelayanan distribusi dan lain sebagainya. Pelaku usaha berjuang habis-habisan meluaskan keran ekspor agar makin banyak devisa yang masuk.

Pemerintah daerah ikut ambil bagian dalam derap ekspor ini dengan berbagai langkah, seperti mempermudah perizinan, pembinaan, keterlibatan dalam membuka pasar, dan upaya-upaya lainnya. Sebab dengan tumbuhnya ekspor, maka daya saing daerah dalam memajukan daerah dan menyejahterakan warganya akan makin kuat.

Peningkatan daya saing ini adalah tugas pemerintah daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Menurut UU itu, salah satu pengukur keberhasilan pemerintah daerah adalah sejauh mana daerah itu memiliki daya saing.

Peran dan posisi ekspor dalam pertumbuhan ekonomi nasional sangat penting. Maka berbagai strategi dijalankan agar penampilan ekspor tetap “memikat”. Pada sisi lain, kita pun dapat memahami bahwa masalah eksternal, seperti krisis ekonomi dan keamanan global amat cepat memengaruhi perkembangannya. Kita mengahadapi berbagai ketentuan yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor.

Pasar Dalam Negeri

Seiring dengan itu, perluasan pasar di dalam negeri atau domestik merupakan satu keharusan. Pasar dalam negeri amat potensial mengingat jumlah penduduk yang lebih dari 230 juta. Pasar domestik, yang membentang dari Sabang hingga Merauke atau, dari ujung barat ke ujung timur negara kepulauan ini, adalah sumber yang tak habis-habisnya bagi produsen.

Dalam hal ini, salah satu prasyarat, yang harus terus digelorakan adalah meningkatkan kesadaran untuk menggunakan produksi dalam negeri. Program ini sudah lama dirintis dan tetap relevan dilakukan saat ini dan pada masa mendatang. Upaya mencintai produk dalam negeri adalah proses berkesinambungan, yang tidak boleh mengenal istirahat.

Berbagai instansi, , secara intens terus menggelorakan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dengan berbagai aksi. Slogan “Aku Cinta Produk Indonesia”, tidak hanya disampaikan dalam nada dan tulisan, tapi lebih dari itu, dalam bentuk contoh dan bantuan. Para pejabat Kementerian terkait sering turun ke kota-kota dan pelosok untuk mengingatkan bahwa produk dalam negeri tak kalah dari buatan mancanegara.

Secara teratur diselenggarakan promosi produk dalam negeri di lobi gedung Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian KUKM. Lewat pameran sekaligus arena penjualan itu, kepada pengunjung disuguhkan produk dalam negeri. Tentu, masih banyak lagi kegiatan yang bermuara pada upaya peningkatan penggunaan produksi dalam negeri, yang dilaksanakan Kementerian terkait.

Merujuk pemberitaan media massa, gerakan menggunakan produk dalam negeri memang bukan “barang” baru di negara kita dan itu akan berlangsung terus. Dan, gerakan itu makin penting menghadapi pasar bebas, yang sudah direalisasikan. Perdagangan global mengharuskan setiap negara membuka pasarnya bagi produk asing. Rasanya, tiada lagi batas dan itu sudah kita sepakati. Maka, membanjirnya barang-barang buatan Tiongkok di Tanah Air, belakangan ini, juga menandakan kesepakatan internasional dan atau regional telah diimplementasikan.

Berkaca pada situasi perdagangan global saat ini, berupa makin banyaknya produk impor memasuki negara kita, padahal produk sejenis yang kita hasilkan cukup memadai, maka kampanye menggunakan produk buatan dalam negeri, kian relevan dan penting. Elok pula jika semua pihak ambil bagian menyukseskan penggunaan produk dalam negeri. Kita sarankan pula agar kampanye seperti ini masuk dalam program pendidikan formal.

Pasar di dalam negeri sungguh luas. Dalam hal meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, maka prasyarat seperti kualitas dan harga barang yang lebih murah hendaknya tetap dipenuhi. Bagus pula kalau komoditas tersebut punya nilai tambah, yang tidak dipunyai produk asing. ***

Sumber http://www.tubasmedia.com/berita/menggunakan-produk-sendiri-2/ diolah Ditjen PEN, diakes pada hari Selasa, 07 Februari 2012