Print Friendly and PDF

Ekspor Bahan Bangunan Indonesia ke Pasar Nontradisional Alami Tren Positif

  May 02, 2018. Category: exporter

Ekspor produk bahan bangunan Indonesia ke beberapa pasar nontradisional tengah mengalami pertumbuhan positif. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekspor bahan bangunan, terutama untuk negara kawasan ASEAN dan Asia Selatan antara lain Filipina dan Srilanka mengalami tren positif diatas 20%.

Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Arlinda, saat pembukaan pameran Indobuildtech, di Tangerang, hari ini (2/5), “Ekspor bahan bangunan Indonesia ke pasar nontradisional sangat positif. Tak hanya (kawasan) ASEAN dan Asia Selatan, tapi juga kawasan Timur Tengah, seperti Yordania, tren ekspor positif 68% terjadi selama lima tahun terakhir. Afrika juga (mengalami pertumbuhan ekspor bahan bangunan) kw Afrika Selatan, Kenya, dan Mozambik.”

Pada 2017, total ekspor produk bahan bangunan Indonesia adalah senilai USD 1,54 miliar dengan produk terbesar yang diekspor diantaranya pipa, ceramic wares, semen, sekrup dan baut dari besi atau baja, serta casing untuk pengeboran. Lima negara tujuan ekspor utama produk bahan bangunan Indonesia adalah Thailand, Singapura, Jepang, Malaysia, dan Australia.

Kemendag terus berupaya mempromosikan produk bahan bangunan Indonesia dengan berpartisipasi pada pameran Indobuildtech pada 2-6 Mei 2018 di ICE-BSD, Tangerang. Paviliun Kemendag seluas 108 m2 di Hall 3A menampilkan 11 pelaku usaha Indonesia berorientasi ekspor. Paviliun Kemendag menampilkan produk bahan bangunan diantaranya precast panel, perforated and expanded metal, paving block, flooring, pintu kayu, keramik (tile), filter air, cleaning equipment, furniture, tikar anyaman dan interior. 

Indobuildtech 2018 merupakan pameran bahan bangunan bertaraf internasional yang diselenggarakan ke-16 kalinya oleh Debindo Multi Adhiwasti. Pameran yang didukung oleh Kemendag ini diikuti oleh 260 perusahaan Indonesia dan 228 perusahaan mancanegara dari 16 negara, 32 asosiasi bahan bangunan, arsitek interior dan konstruksi serta 27 perguruan tinggi dari 32 fakultas.  

Industri bahan bangunan berperan penting di tengah program pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah saat ini. Ketersediaan infrastruktur akan membuka kawasan terisolasi dan akan mendorong pemerataan kesejahteraan, melalui kemunculan pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan tersebut.

Pembangunan infrastruktur, menurut Arlinda, memberikan multiplier effect yang akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk berkembang, termasuk industri bahan bangunan. Kenaikan permintaan akan produk bahan bangunan seperti semen, beton, besi, mesin atau alat berat, dan material lainnya, maka industri tersebut akan bergerak cepat.

“Momentum ini dapat dimanfaatkan para pelaku usaha untuk mengisi kebutuhan pasar properti dan infrastruktur dalam negeri. Penggunaan bahan bangunan lokal dalam proyek infrastruktur nasional diharapkan juga dapat meningkat. Sehingga pemanfaatan teknologi menjadi keharusan akan peningkatan kapasitas juga kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang ramah lingkungan, produk-produk dengan multi fungsi dan nilai guna yang tinggi tentunya banyak dibutuhkan oleh konsumen,” imbuhnya.

Perbaikan infrastruktur di Indonesia pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya daya saing produk ekspor Indonesia sehingga dapat lebih bersaing di pasar global. Pembangunan infrastruktur di negara lain dapat pula menjadi kesempatan bagi jasa konstruksi dan industri bahan bangunan Indonesia untuk menembus serta memperluas jangkauan produk di pasar global, khususnya pasar non tradisional. Untuk itu, Arlinda mengajak para pelaku usaha untuk berpartisipasi pada gelaran internasional Trade Expo Indonesia (TEI) pada Oktober mendatang.

Untuk itu bagi pelaku usaha yang berkeinginan untuk mengembangkan pemasaran produknya, kami (Kemendag) mengundang untuk berpartisipasi pada pameran TEI 2018 pada 24-28 Oktober 2018 di ICE-BSD, Tangerang,” pungkasnya.

Sumber : Dit. P2C DJPEN